Thursday, January 29, 2015

Persiapan dan Cara Memulai Budidaya Jahe

Perspektif budidaya jahe yang sudah disampaikan pada bahasan sebelumnya, merupakan bagian dari persiapan budidaya jahe. Secara prinsip persiapan dan cara memulai budidaya jahe adalah aktifitas yang mengacu pada persepectif budidaya seperti yang diulas pada bahasan sebelumnya yang meliputi :
  1. Acuan target budidaya
  2. Acuan referensi budidaya
  3. Acuan kesesuian sumberdaya internal yang dimiliki oleh calon pembudidaya dengan target budidaya

Acuan dalam perspektif budidaya jahe tersebut diatas, merupakan hal yang menentukan dalam proses pengambilan keputusan dalam tahapan teknis budidaya yang akan kita bahas dalam konten selanjutnya. Dari ketiga acuan tersebut, acuan referensi budidaya menjadi inti dan prioritas dalam perspektif budidaya, khususnya bagi calon pembudidaya yang belum mempunyai pengalaman dalam hal budidaya jahe. 

Bagi yang sudah mempunyai pemahaman dan pengalaman budidaya jahe, konsentrasi terhadap target budidaya dan penyikapan kesesuian sumberdaya internal yang dimiliki oleh calon pembudidaya dengan target budidaya, menjadi aktifitas yang juga memerlukan guidance referensi sebagai bahan masukan untuk menjalankan langkah-langkah budidaya. Perhatikan gambar berikut

Melihat gambar tersebut, baik pembudidaya yang sudah pernah budidaya jahe maupun pembudidaya baru sama-sama membutuhkan referensi dalam memulai budidaya jahe.

Jadi langkah persiapan dan cara memulai budidaya jahe adalah pihak pembudidaya harus memulai dengan mencari, menemukan dan menentukan referensi yang valid dan reliabel sebagai sumber untuk informasi manajerial dan teknis budidaya jahe.

Berikut ini adalah gambaran studi kasus dalam budidaya jahe yang bisa meyakinkan anda bahwa referensi memegang peranan kunci dalam memulai budidaya jahe. Jahemedia sengaja menggunakan contoh kasus nyata yang benar-benar terjadi, agar memudahkan para pembaca dalam situs ini lebih mudah memahaminya.
  • Studi Kasus : Buyer membutuhkan suplai jahe gajah muda secara rutin untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Sebuah perusahaan agro yang mempunyai farm di daerah cianjur, berbekal pengalaman dalam hal budidaya sayuran dan manajemen supply chain komoditas agro, melakukan perikatan kontrak dengan buyer untuk suplai secara rutin jahe gajah muda.
    Setelah terjadi ikat kontrak, maka masuk pada tahapan pelaksanaan. Pada pelaksanaan schedule supply pertama, pembudidaya mengalami kendala dalam hal kuantitas supply tidak mencukupi dan perhitungan hasil penjualan dibandingkan dengan biaya budidaya mengalami minus (rugi).
    Pada waktu itu team Jahemedia diundang oleh tenaga ahli teknis pelaksana dari perusahaan agro tersebut untuk ikut mencarikan solusi atas pelaksanaan budidaya tersebut.

Berdasarkan studi kasus diatas, Jahemedia mencoba untuk menuangkan pengalaman nyata yang berharga tersebut kedalam ulasan dalam konten ini agar para pihak juga dapat mengambil kesimpulan dan manfaat dari ulasan ini. Analisa perumusan masalah dari studi kasus diatas adalah sebagai berikut :
  1. Target dan spesifikasi material jahe yang diminta adalah permintaan khusus yaitu jahe muda(jahe umumnya dipanen di usia tua dengan tujuan mencapai bobot dan kandungan optimum)
  2. Pelaksana budidaya sudah mempunyai pengalaman walaupun tidak dalam kapasitas penanaman varietas yang sama
  3. Terjadi permasalahan di kuantitas panen tidak dapat memenuhi kuantitas supply
  4. Hasil penjualan lebih kecil dibandingkan dengan biaya produksi

Dari perumusan masalah tersebut diatas, team Jahemedia berhasil memberikan statement dan rekomendasi bagi perusahaan agro tersebut, diantaranya akan sedikit disebutkan dibawah ini :
  1. Permintaan spesifikasi khusus (jahe muda), maka secara otomatis bobot dan kandungan hasil panen tidak sedang berada dalam kondisi optimal. Artinya bobot yang realistis dicapai adalah kurang dari bobot potensi
  2. Permintaan spesifikasi khusus (jahe muda), maka idealnya untuk strategi budidaya juga harus menggunakan teknis tanam khusus. Artinya kalau dilakukan penanaman dengan teknik yang umum maka biaya produksinya jelas berpotensi lebih besar dari pada hasil penjualan dikarenakan bobot panen tidak dalam syarat dan kondisi optimal
  3. Buffer resiko terkait kekurangan kuantitas, sangat sulit untuk dicarikan tambahan kuantitas dari pasar umum dikarenakan kebanyakan di pasar umum hanya menyediakan material rimpang jahe yang usianya diatas usia jahe muda. Selain itu juga tidak memungkinkan mengambil dari petani dengan alasan bahwa petani sudah terbiasa panen jahe diatas usia rimpang jahe muda
Dari banyak pengalaman yang telah didapatkan oleh Jahemedia, maka sekali lagi untuk pihak-pihak yang mempunyai keinginan kuat dan serius untuk melakukan budidaya, berhati-hatilah dalam memilih referensi. Pilih referensi yang benar-benar mempunyai kapabilitas dan kapasitas. Sekali lagi banyak di internet informasi yang harus kita saring dan banyak informasi yang dilansir oleh orang-orang yang tidak mempunyai kapabilitas dan kompetensi dalam hal budidaya jahe.

Selanjutnya ikuti bahasan langkah-langkah budidaya jahe, silahkan klik link >>> bibit jahe jahemedia >>>

Related Posts

Persiapan dan Cara Memulai Budidaya Jahe
4/ 5
Oleh